Friday 7 June 2013

proposal skripsi ' NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD SAW '


NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD SAW


PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Menyusun
Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Disusun Oleh :

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2012
LEMBAR PERSETUJUAN
            Pada Hari……………..Tanggal…………., telah diseminarkan proposal skripsi saudara :
            Nama               : 
            NIM                : 
            Fakultas           : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
            Prodi               : Pendidikan Agama Islam
            Judul Skripsi   : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD SAW
            Proposal ini telah dipandang layak dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ketahap penelitian skripsi dengan judul tersebut diatas.
                                                                                    Wonosobo,…….April 2012
                        Penguji I                                                          Penguji II

(………………....…..)                                    (………………....…..)           
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Drs. H. Arifin Shidiq, M.Pd.I
DAFTAR ISI PROPOSAL
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………..
DAFTAR ISI PROPOSAL……………………………………………………….
A.                JUDUL……………………………………………………………………..
B.                 LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………….
C.                 PENEGASAN ISTILAH…………………………………………………..
D.                RUMUSAN MASALAH……………………………………………
E.                 TUJUAN PENELITIAN…………………………………………………...
F.                  MANFAAT PENELITIAN………………………………………………..
G.                KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………….
H.                METODE PENELITIAN……………………………………………
I.                   SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI……………………………
RANCANGAN DAFTAR SKRIPSI……………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….


    A.            JUDUL : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD SAW
     B.            LATAR BELAKANG MASALAH
Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau etika yang ditawarka oleh barat, namun banyak juga kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas[1].
Sementara pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi keracunan didalamnya. Mengapa? Karena, berasal langsung dari al-Khaliq Allah SWT, yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW dengan Al-Qur’an dan Sunnah kepada umatnya. Rasulullah SAW sebagai uswah, qudwah, dan manusia terbaik selalu mendapatkan tarbiyah ‘pendidikan’ langsung dari Allah melalui malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil mencetak para sahabat menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah.
Nampaknya melihat fenomena yang terjadi di dalam kehidupan manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai Al-Qur’an. Akibatnya bentuk penyimpangan terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari berbagai peristiwa yang terjadi, yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai yang terdapat didalamnya. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap kisah teladan Nabi Muhammad SAW, yang termaktub juga di dalam Al-Qur’an akan semakin memperparah kondisi masyarakat berupa dekadensi moral. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran islam, satu-satunya upaya yang dapat adalah dengan kembali kepada ajaran yang terdapat didalamnya.
Sangat memprihatinkan bahwa kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada kalangan muda, tetapi juga terjadi terhadap kalangan orang dewasa, bahkan orang tua. Kemerosotan akhlak pada anak-anak dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang tawuran, mabuk, judi, durhaka kepada orang tua bahkan sampai membunuh sekalipun. Untuk itu di perlukan upaya strategis untuk memulihkan kondisi tersebut, di antaranya dengan menanamkan kembali akan pentingnya peran  orang tua dan pendidik dalam membina moral anak didik.
Islam sebagai agama yang universal meliputi semua aspek kehidupan manusia mempunyai sistem nilai yang mengatur hal-hal yag bai, yang di namakan akhlak islami. Sebagai tolak ukur perbuatan baik dan buruk mestilah merujuk kepada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya, karena Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia akhlaknya.
Pendidikan akhlak merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun sebuah rumah tangga yang sakinah. Suatu keluarga yang tidak di bangun dengan tonggak akhlak yang mulia tidak akan dapat hidup bahagia sekalipun kekayaan materialnya melimpah ruah. Sebaliknya terkadang suatu keluarga yang serba kekurangan dalam masalah ekonominya, dapat bahagia berkat pembinaan akhlak keluarganya. Pendidikan akhlak di dalam keluarga di laksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan kelurga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak[2].
Mengkaji perjalanan hidup Rasulullah SAW bagaikan mengarungi lautan yang tidak bertepi karena sangat luas, sangat kaya, dan mencerahkan. Keluasan suri teladan Rasulullah SAW mencakup semua kehidupan.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al-Ahzab:21)

Mengingat pentingnya pendidikan akhlak bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, di perlukan upaya serius untuk menanamkan nilai-nilai tersebut secara intensif. Pendidikan akhlak berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau di pelajari sejarah bangsa arab sebelum islam datang maka akan di temukan suatu gambaran dari sebuah peradaban  yang sangat rusak dakam hal akhlak dan tatanan hukumnya. Seperti pembunuhan, perzinaan dan penyembahan patung-patung yang tak berdaya. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam selain Al-Qur’an, hadits Nabi dapat di jadikan rujukan mengingat salah satu fungsi hadits adalah menjelaskan kandungan ayat yang terdapat di dalamnya.
Penulis melihat bahwa kisah Nabi Muhammad SAW memiliki begitu banyak makna tentang pendidikan akhlak yag sangat dalam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menggali, membahas dan mendalami lebih jauh tentang makna tersebut sebagai judul skripsi. Atas pertimbangan tersebut di atas maka penulis mengangkat permasalahan tersebut dan di tungkannya dalam skripsi dengan judul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD SAW”




    C.            PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menetapkan batasan sebagai berikut:

1.      Nilai-nilai Pendidikan
Nilai-nilai pendidikan adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan[3]. Definisi lain menyebutkan nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menetukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif[4].
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara[5].
2.      Akhlak
Secara bahasa (linguistik) kata akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu perangai, kelakuan, tabiat, kebiasaan, kelaziman,peradaban yang baik dan agama. Kata akhlak adalah bentuk jamak dari ‘khilqun’ dan ‘khulqun’ sebagaimana tersebut dalam surat Al-Qolam ayat 4, yang artinya sama dengan akhlak seperti tersebut di atas[6].

3.      Kisah Nabi Muhammad SAW
Kisah nabi Muhammad SAW apabila di tinjau dari aspek kemanusiaan beliau, sebagaimana dapat kita saksikan dan di lakukan studi banding dengan kondisi kehidupan generasi setelah Rasulullah, maka kita akan segera mengetahui bahwa pengajaran dan petunjuk yang beliau lakukan merupakan bukti konkrit dan terkuat atas bentuk pengajaran dan pendidikan paling agung yang pernah ada didunia. Dengan demikian, akan segera kita sadari betapa Rasulullah SAW merupakan sosok yang tentunya lebih mulia dibandingkan dengan tokoh-tokoh pendidikan lain yang telah popular dalam menggagas dunia dan sejarah pendidikan[7].

    D.            PERUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan judul dan latar belakang diatas, maka ada beberapa pokok permasalahan yang ingin penulis kemukakan diantaranya :
1.   Bagaimana pendapat para mufassir tentang pendidikan akhlak dalam kisah Nabi Muhammad SAW?
2.   Pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam kisah Nabi Muhammad SAW ?
3.   Bagaimana aplikasi pendidikan akhlak yang ada dalam kisah Nabi Muhammad SAW ?

     E.            TUJUAN  PENELITIAN
Sedangkan tujuannya adalah sebagai berikut :
1.   Untuk mengetahui pendapat para mufassir tentang pendidikan akhlak yang ada dalam kisah Nabi Muhammad SAW.
2.   Untuk mengetahui pendidikam akhlak yang ada dalam kisah Nabi Muhammad SAW.
3.   Untuk mengetahui aplikasi pendidikan akhlak yang ada dalam kisah Nabi Muhammad SAW.
     F.            KAJIAN PUSTAKA
A.    Pendidikan Akhlak
Sesungguhnya motif bertindak dan dasar perilaku manusia, kadang-kadang berupa insting dan kadang-kadang berupa emosi. Ini tidak kita katergorikan kedalam akhlak manusia. Akhlak merupakan perbuatan yang lahir dari kemauan dan pemikiran, dan mempunyai tujuan yang jelas.
Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau etika yang ditawarka oleh barat, namun banyak juga kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas[8].
Secara bahasa (linguistik) kata akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu perangai, kelakuan, tabiat, kebiasaan, kelaziman,peradaban yang baik dan agama. Kata akhlak adalah bentuk jamak dari ‘khilqun’ dan ‘khulqun’ sebagaimana tersebut dalam surat Al-Qolam ayat 4, yang artinya sama dengan akhlak seperti tersebut diatas[9].
Sementara para pakar ilmu-ilmu social mendefinisikan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membuat kerangka psikologi seseorang dan mebuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda[10].
Dengan tujuan agar gambaran akhlak dalam islam itu jelas, sehingga dapat diketahui hakekat dan dimensinya, maka untuk itu semua penulis paparkan definisi akhlak menurut beberapa pendapat dari ulama islam, dari sekian banyak ulama yang berbicara tentang akhlak diantaranya:
a.       Imam Abu Hamid al-Ghazali
b.      Ali bin Muhammad bin Syarif al-Jurjani
c.       Thasy Kubra Zadah
d.      Muhammad bin Ali al-Faruqi at-Tahawani

a.      Menurut Imam Abu Hamid al-Ghazali
Kata al-khuluq merupakan sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirakan dan merenung terlebih dahulu[11].
Jika sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan syariat maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang buruk.
Al-khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Dan sebagaimana halnya keindahan bentuk lahir manusia secara mutlak tak terdapat terwujud hanya dengan keindahan  dua mata, dengan tanpa hidung, mulut dan pipi. Sebaliknya, semua unsur tadi harus indah sehingga terwujudlah keindahan lahir manusia itu[12]. Demikian juga, dalam batin manusia ada empat rukun yang harus terpenuhi seluruhnya sehingga terwujudlah keindahan khuluq ‘akhlak’. Jika empat rukun itu terpenuhi, indah dan saling bersesuaian,maka terwujudlah keindahan akhlak itu. Ke empat rukun itu antar lain:
a.       Kekuatan ilmu
b.      Kekuatan marah
c.       Kekuatan syahwat
d.      Kekuataan mewujudkan keadilan diantara tiga kekuatan tadi.

a.      Kekuatan ilmu
Keindahan dan kebaikannya adalah dengan membentuknya hingga menjadi mudah mengetahui perbedaan antara jujur dan dusta dalam ucapan, antara kebenaran dan kebatilan dalam berakidah dan antara keindahan dan keburukan dalam perbuatan.
Jika kekuatan ini telah baik, maka lahirlah buah hikmah, dan hikmah itu sendiri adalah puncak akhlak yang baik. Seperti difirmankan oleh Allah SWT:
ÎA÷sムspyJò6Åsø9$# `tB âä!$t±o 4 `tBur |N÷sムspyJò6Åsø9$# ôs)sù uÎAré& #ZŽöyz #ZŽÏWŸ2 3 $tBur ㍞2¤tƒ HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇËÏÒÈ  
269. Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Q.S Al-Baqarah:269)[13]

b.      Kekuatan marah
Keindahannya adalah jika pengeluaran marah itu dan penahannya sesuai dengan tuntutan hikmah

c.       Kekuatan syahwat
Kindahan dan kebaikannya adalah jika ia ada dibawah perintah hikmah. Maksudnya perintah akal dan syari’at.

d.      Kekuatan keadilan
Adalah kekuatan mengendalikan syahwat dan kemarahan dibawah perintah akal dan syari’at

Dari keseimbangan kekuatan akal terwujudlah, keindahan dalam pengaturan, ketinggian akal, pendapat yang baik, dan prasangka yang tepat, cermat dalam melihat detail-detail perbuatan dan pernak-pernik penyakit jiwa. Tindakan menguranginya akan dilahirkan perbuatan zalim, maker, tipu daya,dan keculasan.
Al-Qur’an telah menyinggung akhlak-akhlak tersebut dalam sifat-sifat orang yang beriman, Allan SWT berfirman:
$yJ¯RÎ) šcqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç/$s?ötƒ (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î/ óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè%Ï»¢Á9$# ÇÊÎÈ  
15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.(Q.S Al-Hujurat: 15)[14]
b.      Menurut Muhammad bin Ali asy-Syarif al-Jurjani
Al-Jurjani mendefinisikan akhlak dalam bukunya, at-ta’rifat sebagai berikut:
“Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yag tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syari’ah, dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk.”[15]

c.       Menurut Ahmad bin Mushthafa (Tasy Kubra Zaadah)
Ia seorang ulama ensiklopedis mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangaan antara tiga kekuatan, yaitu: kekuatan berpikir, kekuatan marah, kekuatan syahwat.”[16]
d.      Menurut Muhammad bin Ali al-Faaruqi at-Tahanawi          
Ia berkata “Akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama dan harga diri.”[17]
Menurut definisi para ulama akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa diawali denga berpikir panjang, merenung dan memaksakan diri
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah merupakan tingkah laku dan perbuatan yang sudah melekat dan menetap dalam jiwa (menjadi malakah/kebiasaan), karena perbuatan tersebut telah dilakukan berulang-ulang, terus menerus dan bersifat spontanitas serta dengan kesadaran jiwa bukan paksaan atau ketidaksengajaan.[18]
B.     Kisah Nabi Muhammad SAW
Dari Abdullah, Aminah mengandung Muhammad. Pada malam senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah (571 Masehi) Muhammad lahir. Disebut sebagai tahun Gajah karena pada saat itu terjadi peristiwa penyerangan Ka’bah yang dilancarkan Abrahah al-Asyram, pejabat Najasyi Habasyah di Yaman. Ayah beliau adalah Abdullah, anak pasangan dari Abdul Muthalib bin Hasyim dan Fatimah binti Amr bin A’id al-Makhzumi. Sedangka ibundanya, bernama Aminah,anak dari pasangan Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah dan Barrah binti Abdul ‘Uzza bin Utsman.[19]
Tarbiyah (pendidikan) kepemimpinan Muhammad SAW telah dimulai sejak kanak-kanak terutama ketika beliau oleh kakenya ini. Ketika usia Muhammad delapan tahun, kakek beliau meninggal dunia. Muhammad pun tinggal bersama pamannya, Abu Thalib. Walaupun Abu Thalib ketua Suku Bani Hasyim, ia hidup dengan sederhana. Bahkan Muhammad SAW belajar hidup mandiri denga menggembala kambing di padang pasir.[20]
Bila tujuan utama Rasullah SAW adalah menyempurnakan kemuliaan akhlak, proses pendidikan seyogyanya di arahkan menuju terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan penegasan Allah bahwa Nabi Muhammad adalah teladan utama bagi umat manusia. Untuk mencapai hal itu, akhlak mulia harus ditegakkan dalam formulasi tujuan pendidikan.
Islam sebagai agama yang seimbang, mengajarkan bahwa setiap usaha yang dilakukan manusia tidak hanya melibatkan peran manusia, tetapi juga melibatkan peran Tuhan. Nabi Muhammad SAW menggambarkan proses pendidikan seperti sebuah kegiatan bertani. Jika seseorang petani ingin mendapatkan hasil pertanian yang baik, ia harus menyiapkan lahan yang subur dan gembur, udara dan cuaca yang tepat, air dan pupuk yang cukup, bibit yang unggul, cara menanam yang benar, pemeliharaan dan perawatan tanaman yang benar dan intensif, waktu dan masa tanam yang tepat dan cukup. Namun, meski berbagai usaha tersebut dilakukan, tetapi belum dapat menjamin seratus persen bahwa hasil tersebut akan berhasil dengan baik.
Dengan demikian, pendidikan islam seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasn rasio, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena itu, pendidikan islam seharusnya menjadi pelayan pertumbuhan bagi manusia dalam segala aspeknya yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, linguistic, baik secara individu maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek tersebut kepada kebaikan dan pencapaian kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah baik dalam level individu, komunitas, dan manusia secara luas.[21]

    G.            METODE PENELITIAN
Penulis menggunakan beberapa metode penelitian, baik memperoleh data maupun menganalisis data, antara lain:

1.   Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu suatu penelitian terhadap buku-buku sebagai produk ulama yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini. Dengan demikian data yag dipeoleh dari hasil literer dideskripsikan apa adanya kemudian dianalisis.

2.   Sumber Data
Karena penulis ini menggunakan metode library research maka diambil data dari berbagai sumber sebagai berikut:
a.       Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari data-data sumber primer yaitu sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.
b.      Sumber data sekunder, yaitu yang diperoleh dari sumber yang bukan asli.[22]

3.   Metode Analisis Data
Menulis menggunakkan teknik analisis isi (content analysis). Teknik analisis ini merupakan kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen, juga merupakan teknik untuk menemukan karakterisitik pesan, yag penggarapannya dilakukan secara objektif dan sistematis.[23]
Untuk mempermudah memecahkan msalah yang telah dirumuskan, penulis mencoba menganalisis secara kritis dan konstruktif dari Pendidikan Akhlak dalam Kisah Nabi Muhammad SAW.

a.       Metode Deduktif
Metode deduktif berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, menuju yang khusus. Metode ini digunakan untuk mengambil kaidah-kaidah yang umum dengan dihubungkan dengan realitas yang ada untuk ditarik suatu simpulan secar rinci.[24]

b.      Metode Induktif
Metode induktif merupakan pola pikir yang berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus ditarik generalisai, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi: “induktif berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa khusus dan konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.”[25]

    H.            SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, maka penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bagian muka adalah bagian yang mendahului tubuh karangan yang berisi: halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, motto, kata pengantar, dan daftar isi.
Bagian tengah, ialah bagian tubuh karangan yang terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I               : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II              : Bab ini aka menguraikan tentang Pengertian Pendidikan Akhlak, Ruang Lingkup Pendidikan AKhlak, Dasar Pendidikan Akhlak, Tujuan Pendidikan Akhlak da Metode Pembinaan Akhlak.
Bab III                        : Bab ini akan menjelaskan tentang Pendidikan Akhlak yang ada dalam kisah Nabi Muhammad SAW
Bab IV                        : Bab ini merupakan bab inti yang merupakan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.
Bab V              :Bab ini terdiri dari tiga sub yaitu kesimpulan, yang memuat kesimpulan-kesimpulan dari uraian-uraian pada bab terdahulu, saran yang memuat beberapa saran dari penulis yang berhubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan dan kata penutup. Kemudian bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran serta daftar riwayat hidup.


















RANCANGAN DAFTAR SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN NOTA PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Identifikasi Masalah
C.     Penegasan Istilah
D.    Pembatasan dan Perumusan Masalah
E.     Tujuan dan Manfaat Penelitian
F.      Metode Penelitian
G.    Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II                        PENDIDIKAN AKHLAK
A.    Pengertian Pendidikan Akhlak
B.     Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
C.     Dasar Pendidikan Akhlak
D.    Tujuan Pendidikan Akhlak
E.     Objek/Sasaran Akhlak
F.      Metode Pembinaan Akhlak
BAB III          NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD SAW
A.    Gambaran Umum Akhlak Nabi Muhammad SAW
B.     Makna Global
C.     Pendapat Para Mufassir Tentang Akhlak Dalam Kisah Nabi Muhammad SAW
BAB IV          ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI MUHAMMAD DAN APLIKASINYA
A.    Analisis Nilai Pendidikan dalam Kisah Nabi Muhammad SAW
B.     Analisis tentang Aplikasi Pendidikan Anak
BAB V                        PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
C.     Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN







DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Ali,  Akhlak Mulia, Gema Insani, Jakarta, 2002
Aminudin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002
Arifin, Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995
Alwi, Hasan(pemred), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2007
Fauzi, Imron, Manajemen Pendidikan Ala Rasulullah, Ar-Ruz Media, Jogjakarta, 2012

Firdaus, Drs. H. M. Pd, Undang-undang RI No 14 tentang Guru dan Dosen serta Undang-undang RI nomor 20 tentang SIKDIKNAS, Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama, Jakarta,2006

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Andi Ofset, Yogyakarta, 1991
Khaled, Amr, Buku Pintar Akhlak, Zaman, Jakarta,2010

Moleong, Lexi J, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991
Mulyana, Rahmat Dr, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Alfabeta, Bandung, 2004
Subaiti, Musa Dr, Akhlak Keluatga Muhammad SAW, PT Lentera Basritama, Jakarta, 2000

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Ruhama, Jakarta, 1995



DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama                                             : SAMROH
Tempat,Tanggal Lahir                   : Banyumas, 20 Juni 1991
Alamat                                            : Purwokerto, jln. Curug Cipendok Ds Tumiyang, RT 02 RW 07. Kabupaten Banyumas
NIM                                              : 1109107
Fakultas                                         : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Program studi                                : Pendidikan Agama Islam
Riwayat Pendidikan                     :
-          SDN 03 Tumiyang, Pekuncen
-          SMP Takhassus Al-Qur’an Pekuncen
-          SMA Ma’arif NU 01 Ajibarang
-          UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo semester 6 (enam)






Wonosobo, …….2012
Penulis

SAMROH
NIM 1109107



[1] Ali Abdul Halim Dr, Akhlak Mulia, Gema Insani, Jakarta, 2002 hal 11
[2] Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Ruhama, Jakarta, 1995, hal. 60
[3] Hasan Alwi (pemred), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hal 783

[4] Dr.Rahmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Alfabeta, Bandung, 2004, hal 9

[5] Drs. H. Firdaus, M. Pd, Undang-undang RI No 14 tentang Guru dan Dosen serta Undang-undang RI nomor 20 tentang SIKDIKNAS, Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama, Jakarta,2006, hal 64
[6] Aminudin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002 hal 152.
[7] Ali Abdul Halim Dr, Op. Cit, hal 17
[8] Ali Abdul Halim Dr, Loc. Cit.
[9] Aminudin dkk, Loc. Cit
[10] Ali Abdul Halim Dr, Op. Cit, hal 27
[11] Ali Abdul Halim Dr, Op. Cit, hal 28
[12]Musa Subaiti Dr, Akhlak Keluatga Muhammad SAW, PT Lentera Basritama, Jakarta, 2000, hal 16
[13] Ali Abdul Halim Dr, Op. Cit, hal 29
[14] Ali Abdul Halim Dr, Op. Cit, hal 31
[15] Ali Abdul Halim Dr, Op. Cit, hal 31
[16] Dr. Amr Khaled. Buku Pintar Akhlak, Zaman, Jakarta,2010, hal 29
[17] Ibid, hal 30
[18] Ibid, hal 33
[19] Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan Ala Rasulullah, Ar-Ruz Media, Jogjakarta, 2012, hal 75
[20] Ibid, hal 84
[21] Ibid, hal 88
[22] Tatang M. Arifin, Mnyusun Rencana Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal, 133
[23] Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, hal 263
[24] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi Ofset, Yogyakarta, 1991, hal 9
[25] Ibid,hal 9

No comments:

Post a Comment